Effective Communication : Culture and Interpersonal Conmunication

1.Definisi Culture
Budaya dapat didefinisikan sebagai :
  • Gaya hidup yang relatif khusus dari sekelompok orang yang terdiri dari nilai-nilai, kepercayaan, artefak, bahasa; cara mereka berperilaku, seni, hukum, agama mereka, dan, tentu saja, teori komunikasi, gaya, dan sikap.
  • Diturunkan dari generasi ke generasi melalui komunikasi, bukan gen.
Istilah budaya tidak merujuk pada warna kulit atau bentuk mata, karena hal tersebut melalui gen, bukan komunikasi.
2. The Relevance of Culture in Effective Communication
Relevansi budaya disebabkan oleh beberapa hal berikut :
  • Perubahan Demografis
Contohnya yaitu perubahan demografis yang terjadi di Amerika Serikat. Pada suatu waktu Amerika Serikat dulu sebuah negara yang sebagian besar dihuni oleh orang Eropa, namun sekarang negara itu sangat dipengaruhi oleh sejumlah besar warga baru dari Amerika Latin dan Amerika Selatan, Afrika, dan Asia. Perubahan ini telah membawa kebiasaan interpersonal yang berbeda dan kebutuhan untuk memahami dan beradaptasi dengan cara baru berkomunikasi.
  • Increased sensitivity to cultural differences
Meningkatnya kepekaan terhadap perbedaan budaya. Beragamnya kebudayaan dapat menyebabkan terjadinya asimilasi (pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru).
  • Economic interdependency
Saat ini banyak negara bergantung secara ekonomi dengan negara lain. Contoh yang pernah terjadi yaitu tragedi 11 September yang menimpa Amerika Serikat menyebabkan terganggunya hubungan ekonomi negara-negara di dunia. Banyak negara yang membuka kantor di gedung WTC ikut menjadi korban sehingga perekonomiannya terganggu. Suku bunga Dollar Amerika menjadi naik sehingga nilai tukar rupiah kita-pun ikut terpengaruh. Hal ini menyebabkan berubahnya harga-harga barang yang menggunakan nilai tukar dollar Amerika, yang dengan otomatis merembet ke pada hal yang lainnya, seperti sembilan bahan pokok, dan BBM.
  • Advances in communication technology
Kemajuan teknologi membuat komunikasi antar budaya semakin mudah. Internet bersifat real time sehingga semua orang dapat dengan mudah melihat berita terkini baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Misalnya, setiap individu sekarang dapat berkomunikasi dengan mudah melalui email atau situs jejaring sosial apa pun dengan seseorang di Asia atau Eropa.
  • Culture-Specific Nature of Interpersonal Communication
Fakta bahwa kompetensi komunikasi adalah spesifik untuk suatu budaya (apa yang bekerja dalam satu budaya belum tentu bekerja di budaya lain). Contoh yang disebutkan dalam buku Interpersonal Communication 13th edition yaitu memberikan hadiah ulang tahun kepada teman dekat akan dihargai oleh banyak orang, tetapi Saksi-Saksi Yehuwa tidak menyukai tindakan ini karena mereka tidak merayakan ulang tahun (Dresser, 2005)
3. Perbedaan Culture
  • Individual and Collective Orientation
Budaya individualis mengajarkan anggota pentingnya nilai-nilai individu seperti kekuatan, prestasi, hedonisme, stimulasi, dan bertanggung jawab untuk diri sendiri atau keluarga dekat. Sedangkan budaya kolektivis, mengajarkan anggota pentingnya nilai-nilai kelompok seperti kebajikan, tradisi, konformitas dan ertanggung jawab untuk seluruh grup. Contoh budaya tersebut termasuk Guatemala, Ekuador, Panama, Venezuela, Kolombia, Indonesia, Pakistan, Cina, Kosta Rika, dan Peru.
Salah satu perbedaan utama antara kedua orientasi ini adalah sejauh mana tujuan individu atau tujuan kelompok diberikan kepentingan yang lebih besar.
  • High- and Low-Context Cultures
Budaya konteks tinggi menganggap informasinya diketahui oleh semua orang, informasi tersirat, dan tempat yang sangat menekankan pada hubungan. Misalnya, informasi yang dibagikan melalui komunikasi sebelumnya, melalui asumsi tentang satu sama lain, dan melalui berbagi pengalaman. Budaya konteks tinggi juga budaya kolektivis (Gudykunst & Kim, 1992; Gudykunst, Ting-Toomey, & Chua, 1988).
Budaya konteks rendah menghargai komunikasi langsung, informasi dinyatakan secara eksplisit, tempat yang kurang menekankan pada hubungan. Budaya konteks rendah juga budaya individualis. Dalam budaya konteks rendah sebagian besar informasi secara eksplisit dinyatakan dalam pesan verbal; dalam transaksi formal akan dinyatakan dalam bentuk tertulis.
  • Power Distance
Jarak kekuasaan mengacu pada bagaimana kekuasaan didistribusikan dalam masyarakat.  Budaya jarak tinggi memiliki celah antara orang yang memiliki kekuatan dan orang yang tidak memiliki keuatan. Jarak yang sangat jauh antara mereka yang berkuasa dan mereka yang tidak memiliki kekuasaan terkonsentrasi di tangan segelintir orang.
Budaya jarak-daya rendah memiliki sedikit kesenjangan antara orang-orang yang memiliki kekuatan dan orang-orang yang tidak jarak minimal antara mereka yang memiliki kekuatan dan mereka yang tidak memiliki kekuasaan didistribusikan ke seluruh penduduk.
Contohnya yang terjadi pada perusahaan, hubungan atasan kerja dengan bawahannya, biasanya bawahan lebih cendrung untuk segera mematuhi perintah atasan. Orang yang memiliki kekuasaan tinggi biasanya akan mendominasi orang yang tidak memiliki kekuasaan.
  • Masculine and Feminine Cultures
Budaya maskulin menghargai agresivitas, kesuksesan materi, kekuatan, menekankan peran gender tradisional. 10 negara dengan skor maskulinitas tertinggi dimulai dari skor tertinggi diantaranya Jepang, Austria, Venezuela, Italia, Swiss, Meksiko, Irlandia, Jamaika, Inggris Raya, dan Jerman. Sebagai contoh, anggota budaya maskulin adalah lebih mungkin untuk menghadapi konflik secara langsung. Secara kompetitif; mereka lebih cenderung menekankan strategi konflik yang memungkinkan mereka untuk menang dan memastikan lawannya kalah (strategi menang-kalah).
Budaya feminin menghargai kesederhanaan, hubungan, kualitas hidup, kelembutan. 10 negara dengan skor feminitas tertinggi dengan skor yang tertinggi diantaranya Swedia, Norwegia, Belanda, Denmark, Kosta Rika, Yugoslavia, Finlandia, Chili, Portugal, dan Thailand. Contohnya, lebih cenderung memanfaatkan kompromi dan negosiasi dalam menyelesaikan konflik; mereka lebih cenderung mencari solusi di mana kedua belah pihak menang (strategi menang-menang).
  • High-Ambiguity-Tolerant and Low-Ambiguity-Tolerant Cultures
Budaya toleran ambiguitas tinggi memiliki perasaan nyaman, orang-orang dengan budaya ini memiliki toleransi individualitas, bahkan mentolerir individu yang tidak mengikuti aturan. Mereka meminimalkan pentingnya aturan yang mengatur komunikasi dan hubungan (Hofstede, Hofstede, & Minkov, 2010; Lustig & Koester, 2010). Terdapat 10 negara dengan toleransi ambiguitas tertinggi diantaranya Singapura, Jamaika, Denmark, Swedia, Hong Kong, Irlandia, Inggris, Malaysia, India, dan Filipina.
Sedangkan budaya toleran ambiguitas rendah memiliki banyak kecemasan tentang apa yang akan terjadi terjadi selanjutnya. Mereka melihat ketidakpastian sebagai ancaman, orang-orang dengan budaya ini memiliki toleransi yang rendah, interaksi yang sangat terstruktur dan ritual, dan memiliki aturan yang ketat untuk berkomunikasi. 10 negara dengan toleransi terendah untuk ambiguitas yaitu Yunani, Portugal, Guatemala, Uruguay, Belgia, Malta, Rusia, El Salvador, Polandia, dan Jepang (Hofstede, Hofstede, & Minkov, 2010). Budaya toleran ambiguitas rendah menciptakan aturan yang jelas untuk komunikasi.
  • Long- and Short-Term Orientation
Budaya orientasi jangka panjang merupakan sebuah orientasi yang mempromosikan pentingnya imbalan di masa depan. Misalnya, anggota budaya ini lebih cenderung untuk menabung untuk masa depan dan mempersiapkan masa depan secara akademis (Hofstede, Hofstede, & Minkov , 2010)
Budaya orientasi jangka pendek menghabiskan sumber daya untuk tujuan sekarang dan menginginkan hasil yang cepat
  • Indulgence and Restraint
Budaya indulgence memiliki kontrol hidup yang tinggi dan waktu luang yang tinggi. Budaya-budaya ini memiliki banyak orang yang bahagia, yang tergantung pada dua faktor utama:
  • Kontrol kehidupan - kebebasan untuk melakukan sesuka hati atau memiliki kendali (tidak melakukan apa yang diinginkan).
  • Waktu luang - berapa banyak waktu luang untuk melakukan yang disenangi.
Budaya menahan diri memiliki kontrol kehidupan yang rendah dan waktu luang yang rendah; umumnya tidak bahagia. Budaya menahan diri memiliki lebih banyak orang yang tidak bahagia: orang-orang yang melihat diri mereka kurang memiliki kendali atas hidup mereka sendiri dan dengan waktu luang sedikit untuk kegiatan yang menyenangkan.
4. Tahapan Culture Shock
Culture shock adalah reaksi psikologis yang dialami ketika berada dalam budaya yang sangat berbeda dengan budayanya sendiri (Ward, Bochner, & Furnham, 2001; Wan, 2004). Culture shock adalah hal yang normal. Kebanyakan orang mengalaminya ketika memasuki budaya baru dan berbeda. Berikut adalah tahapan culture shock :
  • Tahap 1: The Honeymoon
Pada awalnya Anda mengalami daya tarik, bahkan pesona, dengan budaya baru dan rakyatnya.
  • Tahap 2: Krisis
Di sini, perbedaan antara budaya sendiri dengan budaya baru menciptakan masalah. Perasaan frustrasi dan ketidakmampuan muncul. Ini adalah tahap di mana mengalami guncangan budaya baru yang sebenarnya.
  • Tahap 3: Pemulihan
Selama tahap ini mendapatkan keterampilan seperti belajar bahasa dan cara budaya baru. Perasaan ketidakmampuan mulai mereda.
  • Tahap 4: Penyesuaian
Pada tahap terakhir, menyesuaikan diri dengan dan menikmati budaya baru serta pengalaman baru. Di tahap ini masih mengalami kesulitan dan ketegangan berkala, tetapi secara keseluruhan,pengalaman itu menyenangkan.
5. Dasar Effective Interpersonal Communication
  • Educate Yourself
Tidak ada persiapan yang lebih baik untuk komunikasi antar budaya selain belajar tentang yang lain
budaya. Untungnya, ada banyak sumber untuk digunakan. Bagian lain dari persiapan ini adalah mengenali dan menghadapi ketakutan sendiri, yang dapat bertahan dalam cara komunikasi antar budaya yang efektif (Gudykunst, 1994; Shelton & Richeson, 2005; Stephan & Stephan, 1985).
  • Mengakui Perbedaan
Untuk berkomunikasi secara lintas budaya, perlu mengenali perbedaan perbedaan berikut : Antara kamu dan yang berbeda secara budaya,dalam kelompok yang berbeda secara budaya, dan perbedaan makna.
  • Stereotip
Stereotip, terutama ketika mereka beroperasi di bawah level kesadaran sadar, dapat menciptakan masalah komunikasi yang serius (Lyons & Kashima, 2003).Stereotip sosiologis atau psikologis merupakan kesan tetap dari sekelompok orang. Setiap orang memiliki sikap
stereotip.
  • Sesuaikan komunikasi Anda dengan orang lain (akomodasi)
Setiap orang perlu menyesuaikan dalam semua interaksi antarpribadi, terutama, interaksi antar budaya. Ketika menyesuaikan komunikasi, ketahuilah bahwa setiap budaya memiliki aturan dan kebiasaan sendiri untuk berkomunikasi (Barna, 1997; Ruben, 1985; Spitzberg, 1991). Aturan-aturan ini mengidentifikasi apa yang sesuai dan apa yang tidak pantas (Serewicz & Petronio, 2007).
  • Mengurangi etnosentrisme
Pengertian etnosentrisme yaitu kecenderungan untuk melihat orang lain dan perilaku mereka melalui filter budaya Anda sendiri.  sering kali sebagai distorsi dari perilaku Anda sendiri.  Sebagai contoh, individu-individu yang sangat etnosentris akan berpikir bahwa budaya lain harus lebih seperti mereka.

Thankyou

Referensi : The Interpersonal Communication Book 13th Edition.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Owabong, Tempat Wisata Air di Purbalingga