Effective Communication : Culture and Interpersonal Conmunication
1.Definisi Culture
Budaya dapat didefinisikan sebagai :
2. The Relevance of Culture in Effective Communication
Relevansi budaya disebabkan oleh beberapa hal berikut :
3. Perbedaan Culture
Salah satu perbedaan utama antara kedua orientasi ini adalah sejauh mana tujuan individu atau tujuan kelompok diberikan kepentingan yang lebih besar.
Budaya konteks rendah menghargai komunikasi langsung, informasi dinyatakan secara eksplisit, tempat yang kurang menekankan pada hubungan. Budaya konteks rendah juga budaya individualis. Dalam budaya konteks rendah sebagian besar informasi secara eksplisit dinyatakan dalam pesan verbal; dalam transaksi formal akan dinyatakan dalam bentuk tertulis.
Budaya jarak-daya rendah memiliki sedikit kesenjangan antara orang-orang yang memiliki kekuatan dan orang-orang yang tidak jarak minimal antara mereka yang memiliki kekuatan dan mereka yang tidak memiliki kekuasaan didistribusikan ke seluruh penduduk.
Contohnya yang terjadi pada perusahaan, hubungan atasan kerja dengan bawahannya, biasanya bawahan lebih cendrung untuk segera mematuhi perintah atasan. Orang yang memiliki kekuasaan tinggi biasanya akan mendominasi orang yang tidak memiliki kekuasaan.
Budaya feminin menghargai kesederhanaan, hubungan, kualitas hidup, kelembutan. 10 negara dengan skor feminitas tertinggi dengan skor yang tertinggi diantaranya Swedia, Norwegia, Belanda, Denmark, Kosta Rika, Yugoslavia, Finlandia, Chili, Portugal, dan Thailand. Contohnya, lebih cenderung memanfaatkan kompromi dan negosiasi dalam menyelesaikan konflik; mereka lebih cenderung mencari solusi di mana kedua belah pihak menang (strategi menang-menang).
Sedangkan budaya toleran ambiguitas rendah memiliki banyak kecemasan tentang apa yang akan terjadi terjadi selanjutnya. Mereka melihat ketidakpastian sebagai ancaman, orang-orang dengan budaya ini memiliki toleransi yang rendah, interaksi yang sangat terstruktur dan ritual, dan memiliki aturan yang ketat untuk berkomunikasi. 10 negara dengan toleransi terendah untuk ambiguitas yaitu Yunani, Portugal, Guatemala, Uruguay, Belgia, Malta, Rusia, El Salvador, Polandia, dan Jepang (Hofstede, Hofstede, & Minkov, 2010). Budaya toleran ambiguitas rendah menciptakan aturan yang jelas untuk komunikasi.
Budaya orientasi jangka pendek menghabiskan sumber daya untuk tujuan sekarang dan menginginkan hasil yang cepat
4. Tahapan Culture Shock
Culture shock adalah reaksi psikologis yang dialami ketika berada dalam budaya yang sangat berbeda dengan budayanya sendiri (Ward, Bochner, & Furnham, 2001; Wan, 2004). Culture shock adalah hal yang normal. Kebanyakan orang mengalaminya ketika memasuki budaya baru dan berbeda. Berikut adalah tahapan culture shock :
5. Dasar Effective Interpersonal Communication
budaya. Untungnya, ada banyak sumber untuk digunakan. Bagian lain dari persiapan ini adalah mengenali dan menghadapi ketakutan sendiri, yang dapat bertahan dalam cara komunikasi antar budaya yang efektif (Gudykunst, 1994; Shelton & Richeson, 2005; Stephan & Stephan, 1985).
stereotip.
Thankyou
Referensi : The Interpersonal Communication Book 13th Edition.
Budaya dapat didefinisikan sebagai :
- Gaya hidup yang relatif khusus dari sekelompok orang yang terdiri dari nilai-nilai, kepercayaan, artefak, bahasa; cara mereka berperilaku, seni, hukum, agama mereka, dan, tentu saja, teori komunikasi, gaya, dan sikap.
- Diturunkan dari generasi ke generasi melalui komunikasi, bukan gen.
2. The Relevance of Culture in Effective Communication
Relevansi budaya disebabkan oleh beberapa hal berikut :
- Perubahan Demografis
- Increased sensitivity to cultural differences
- Economic interdependency
- Advances in communication technology
- Culture-Specific Nature of Interpersonal Communication
3. Perbedaan Culture
- Individual and Collective Orientation
Salah satu perbedaan utama antara kedua orientasi ini adalah sejauh mana tujuan individu atau tujuan kelompok diberikan kepentingan yang lebih besar.
- High- and Low-Context Cultures
Budaya konteks rendah menghargai komunikasi langsung, informasi dinyatakan secara eksplisit, tempat yang kurang menekankan pada hubungan. Budaya konteks rendah juga budaya individualis. Dalam budaya konteks rendah sebagian besar informasi secara eksplisit dinyatakan dalam pesan verbal; dalam transaksi formal akan dinyatakan dalam bentuk tertulis.
- Power Distance
Budaya jarak-daya rendah memiliki sedikit kesenjangan antara orang-orang yang memiliki kekuatan dan orang-orang yang tidak jarak minimal antara mereka yang memiliki kekuatan dan mereka yang tidak memiliki kekuasaan didistribusikan ke seluruh penduduk.
Contohnya yang terjadi pada perusahaan, hubungan atasan kerja dengan bawahannya, biasanya bawahan lebih cendrung untuk segera mematuhi perintah atasan. Orang yang memiliki kekuasaan tinggi biasanya akan mendominasi orang yang tidak memiliki kekuasaan.
- Masculine and Feminine Cultures
Budaya feminin menghargai kesederhanaan, hubungan, kualitas hidup, kelembutan. 10 negara dengan skor feminitas tertinggi dengan skor yang tertinggi diantaranya Swedia, Norwegia, Belanda, Denmark, Kosta Rika, Yugoslavia, Finlandia, Chili, Portugal, dan Thailand. Contohnya, lebih cenderung memanfaatkan kompromi dan negosiasi dalam menyelesaikan konflik; mereka lebih cenderung mencari solusi di mana kedua belah pihak menang (strategi menang-menang).
- High-Ambiguity-Tolerant and Low-Ambiguity-Tolerant Cultures
Sedangkan budaya toleran ambiguitas rendah memiliki banyak kecemasan tentang apa yang akan terjadi terjadi selanjutnya. Mereka melihat ketidakpastian sebagai ancaman, orang-orang dengan budaya ini memiliki toleransi yang rendah, interaksi yang sangat terstruktur dan ritual, dan memiliki aturan yang ketat untuk berkomunikasi. 10 negara dengan toleransi terendah untuk ambiguitas yaitu Yunani, Portugal, Guatemala, Uruguay, Belgia, Malta, Rusia, El Salvador, Polandia, dan Jepang (Hofstede, Hofstede, & Minkov, 2010). Budaya toleran ambiguitas rendah menciptakan aturan yang jelas untuk komunikasi.
- Long- and Short-Term Orientation
Budaya orientasi jangka pendek menghabiskan sumber daya untuk tujuan sekarang dan menginginkan hasil yang cepat
- Indulgence and Restraint
- Kontrol kehidupan - kebebasan untuk melakukan sesuka hati atau memiliki kendali (tidak melakukan apa yang diinginkan).
- Waktu luang - berapa banyak waktu luang untuk melakukan yang disenangi.
4. Tahapan Culture Shock
Culture shock adalah reaksi psikologis yang dialami ketika berada dalam budaya yang sangat berbeda dengan budayanya sendiri (Ward, Bochner, & Furnham, 2001; Wan, 2004). Culture shock adalah hal yang normal. Kebanyakan orang mengalaminya ketika memasuki budaya baru dan berbeda. Berikut adalah tahapan culture shock :
- Tahap 1: The Honeymoon
- Tahap 2: Krisis
- Tahap 3: Pemulihan
- Tahap 4: Penyesuaian
5. Dasar Effective Interpersonal Communication
- Educate Yourself
budaya. Untungnya, ada banyak sumber untuk digunakan. Bagian lain dari persiapan ini adalah mengenali dan menghadapi ketakutan sendiri, yang dapat bertahan dalam cara komunikasi antar budaya yang efektif (Gudykunst, 1994; Shelton & Richeson, 2005; Stephan & Stephan, 1985).
- Mengakui Perbedaan
- Stereotip
stereotip.
- Sesuaikan komunikasi Anda dengan orang lain (akomodasi)
- Mengurangi etnosentrisme
Thankyou
Referensi : The Interpersonal Communication Book 13th Edition.
Komentar
Posting Komentar